Ini adalah kisah seorang bernama Raka dan seorang guru bernama Pak Sabar, Pak sabar adalah seorang guru dan juga tokoh masyarakat yang sangat disegani dan terkenal bijaksana dikampungnya.
Raka adalah murid kesayangan Pak Sabar yang suka belajar, pintar, sifatnya baik dan mendapat beasiswa di sekolahnya. Pada suatu hari ketika Raka sedang pergi ke suatu pasar dikampungnya, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat. Pembeli berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24? "Raka mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi". Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Raka dan berkata: "Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke gurumu Pak Sabar. Benar atau salah Pak sabar yang berhak mengatakan". Raka: "Baik, jika Pak Sabar bilang kamu salah, bagaimana?" Pembeli kain: "Kalau pak Sabar bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?" Raka: "Kalau saya yang salah, semua uang beasiswaku untukmu".
Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Pak Sabar. Setelah Pak Sabar tahu duduk persoalannya, Pak Sabar berkata kepada Raka sambil tertawa: "3x8 = 23. Raka, kamu kalah. Kasihkan uang beasiswamu kepada dia." Selamanya Raka tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Pak Sabar mengatakan dia salah, lalu dia berikan semua uang beasiswanya kepada pembeli kain.
Orang itu mengambil semua uang beasiswa Raka dan berlalu dengan puas. Walaupun Raka menerima penilaian Pak Sabar tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Pak Sabar sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Raka minta ijin tidak bersekolah dengan alasan urusan keluarga. Pak Sabar tahu isi hati Raka dan memberi ijin padanya. Sebelum berangkat, Raka pamitan dan Pak Sabar memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Raka dua nasehat : "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh." Raka bilang baiklah lalu berangkat pulang. Di dalam perjalanan tiba-tiba angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Raka ingin berlindung di bawah pohon tapi tibatiba ingat nasehat Pak Sabar dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Raka terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.
Apakah saya akan membunuh orang? Raka tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu orang dirumah. Dia menggunakan pisau untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang. Dia sangat marah, dan mau menghunus pisau, Raka berfikir kalau itu adalah maling. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Pak Sabar, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur adalah adik sepupunya yang baru saja tiba dan sedang berkunjung.
Pada keesokan harinya, Raka kembali ke Pak Sabar, berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?" Pak Sabar berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya aku mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pisau, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh". Raka berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, aku sangatlah kagum." Pak Sabar bilang: "Aku tahu kamu minta ijin bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan semua uang beasiswamu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, uang beasiswamu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?" Raka sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, aku malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Aku benar2 malu."
Pada 23 Mei1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan".
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci
'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak
'oe' menjadi 'u' : oemoem -> umum
'j' menjadi 'y' : sajang → sayang
'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir
awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh "di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera(observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk suatu proposisi– proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.
Penalaran Deduktif
adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Contoh : yaitu sebuah sistem generalisasi.
ØLaptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,
ØDVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,
Generalisasi :
Øsemua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
*Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
*Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
B. Metode Menalar Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Penalaran deduktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan dari pernyataan atau fakta-fakta yang dianggap benar dengan menggunakan logika. Suatu hal yang sudah jelas benar pun harus ditunjukkan atau dibuktikan kebenarannya dengan langkahlangkah yang benar secara deduktif
Penarikan Simpulan Secara Langsung
Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis, jika suatu kalimat dinyatakan dengan S – P maka kesimpulannya P – S.
Contoh :
Premis : Semua sepeda bukan mobil
Kesimpulan : Semua mobil bukan becak
Penarikan Simpulan Secara Tidak Langsung
Penarikan simpulan secara tidak langsung ditarik dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang bersifat khusus
Contoh :
Semua mahasiswa UG semester 5 belajar Bahasa Indonesia
Jadi, rumah Amin terletak di sebelah barat rumah Abdur (3)
Perhatikan pernyataan 1 dan 2 yang disebut premis dan menjadi dasar penarikan kesimpulan (yaitu pernyataan 3). Apa yang menarik dari pernyataan 1, 2, dan 3 di atas? Jika digambarkan, akan didapat diagram berikut.
Tentunya Anda sendiri, para pembaca naskah ini, tidak akan mengetahui apakah pernyataan tersebut bernilai benar atau tidak. Mungkin juga Anda tidak akan mengenal dan tidak akan mengetahui apakah ketiga orang tersebut benar-benar memiliki rumah. Tetapi Anda dapat menyatakan bahwa jika premis-premisnya (yaitu pernyataan 1 dan 2) bernilai benar maka kesimpulannya (yaitu pernyataan 3) tidak akan mungkin untuk bernilai salah. Sekali lagi, jika premis-premisnya bernilai benar maka kesimpulannya tidak akan mungkin untuk bernilai salah.
Penarikan kesimpulan seperti ini disebut dengan penarikan kesimpulan yang sah, sahih, valid atau abash setiap argumen di mana kebenaran dari premis-premisnya tidak memungkinkan bagi kesimpulannya untuk salah disebut dengan argumen yang sah atau valid. Penarikan kesimpulan di atas dikenal dengan nama silogisme dan bentuk umumnya adalah:
A – B
B – C
-------------
A – C
Perhatikan contoh lain dari penarikan kesimpulan atau argument deduktif beserta bentuk umumnya berikut ini:
Contoh penarikan kesimpulan di atas dikenal dengan modus ponens dan merupakan penarikan kesimpulan yang sahih
Contoh bahwa dari suatu premis-premis yang bernilai salah akan dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bernilai salah maupun yang bernilai benar melalui suatu proses penarikan kesimpulan yang valid berikut ini.
Babi adalah binatang bersayap. (Salah)
Semua binatang bersayap tidak dapat terbang. (Salah)
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang breproposisi konditional hipotesis.
Contoh :
Jika tidak ada air, manusia akan kehausan (My)
Air tidak ada (Mn)
Jadi, manusia akan kehausan (K)
E. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif, yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
Nenek Lia berada di Bandung atau Bogor
Nenek Lia berada di Bandung
Jadi, nenek Lia tidak berada di Bogor
F. Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan, yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh :
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu
Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu anda berhak menerima hadiahnya.