Jumat, 05 Maret 2010

Penalaran Deduktif

PENALARAN DEDUKTIF

A. Pengertian Penalaran Deduktif

Penalaran

adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk suatu proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.

Penalaran Deduktif

adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Contoh : yaitu sebuah sistem generalisasi.

Ø Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,

Ø DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,

Generalisasi :

Ø semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.

* Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.

* Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.


B. Metode Menalar Deduktif

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Penalaran deduktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan dari pernyataan atau fakta-fakta yang dianggap benar dengan menggunakan logika. Suatu hal yang sudah jelas benar pun harus ditunjukkan atau dibuktikan kebenarannya dengan langkahlangkah yang benar secara deduktif


Penarikan Simpulan Secara Langsung

Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis, jika suatu kalimat dinyatakan dengan S – P maka kesimpulannya P – S.

Contoh :

Premis : Semua sepeda bukan mobil

Kesimpulan : Semua mobil bukan becak



Penarikan Simpulan Secara Tidak Langsung

Penarikan simpulan secara tidak langsung ditarik dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang bersifat khusus

Contoh :

Semua mahasiswa UG semester 5 belajar Bahasa Indonesia

Lia mahasiswa UG semester 5

-------------------------------------------------------------------------------------

Jadi, Lia belajar Bahasa Indonesia

Jenis penalaran deduksi yang menarik simpulan secara tidak langsung yaitu :

Silogisme Kategorial

Silogisme Hipotesis

Silogisme Akternatif

Entimen


C. Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial adalah silogisme yang terdiri dari :

Premis Umum : Premis Mayor (My)

Premis Khusus : Premis Minor (Mn)

Premis Simpulan : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat, Subjek simpulan disebut Term Mayor, dan Predikat simpulan disebut Term Minor

Contoh :

Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA (My)

Badu adalah mahasiswa (Mn)

Badu lulusan SLTA (K)

Tidak ada manusia yang kekal (My)

Socrates adalah manusia (Mn)

Socrates tidak kekal (K)

Perhatikan contoh berikut:.

(1) Rumah Amin terletak di sebelah barat rumah Akbar.

(2) Rumah Akbar terletak di sebelah barat rumah Abdur

------------------------------------------------------------------------

Jadi, rumah Amin terletak di sebelah barat rumah Abdur (3)

Perhatikan pernyataan 1 dan 2 yang disebut premis dan menjadi dasar penarikan kesimpulan (yaitu pernyataan 3). Apa yang menarik dari pernyataan 1, 2, dan 3 di atas? Jika digambarkan, akan didapat diagram berikut.

Tentunya Anda sendiri, para pembaca naskah ini, tidak akan mengetahui apakah pernyataan tersebut bernilai benar atau tidak. Mungkin juga Anda tidak akan mengenal dan tidak akan mengetahui apakah ketiga orang tersebut benar-benar memiliki rumah. Tetapi Anda dapat menyatakan bahwa jika premis-premisnya (yaitu pernyataan 1 dan 2) bernilai benar maka kesimpulannya (yaitu pernyataan 3) tidak akan mungkin untuk bernilai salah. Sekali lagi, jika premis-premisnya bernilai benar maka kesimpulannya tidak akan mungkin untuk bernilai salah.

Penarikan kesimpulan seperti ini disebut dengan penarikan kesimpulan yang sah, sahih, valid atau abash setiap argumen di mana kebenaran dari premis-premisnya tidak memungkinkan bagi kesimpulannya untuk salah disebut dengan argumen yang sah atau valid. Penarikan kesimpulan di atas dikenal dengan nama silogisme dan bentuk umumnya adalah:

A – B

B – C

-------------

A – C

Perhatikan contoh lain dari penarikan kesimpulan atau argument deduktif beserta bentuk umumnya berikut ini:

Semua manusia Indonesia jago logika

Amin manusia Indonesia

-------------------------------- ------------------------

Jadi, Amin jago logika

Contoh penarikan kesimpulan di atas dikenal dengan modus ponens dan merupakan penarikan kesimpulan yang sahih

Contoh bahwa dari suatu premis-premis yang bernilai salah akan dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bernilai salah maupun yang bernilai benar melalui suatu proses penarikan kesimpulan yang valid berikut ini.

Babi adalah binatang bersayap. (Salah)

Semua binatang bersayap tidak dapat terbang. (Salah)

--------------------------------------------------------------------------

Jadi, babi tidak dapat terbang (Benar)

Bulan lebih besar daripada bumi. (Salah)

Bumi lebih besar daripada matahari. (Salah)

--------------------------------------------------------------------------

Jadi, bulan lebih besar daripada matahari (Salah)




D. Silogisme Hipotesis

Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang breproposisi konditional hipotesis.

Contoh :

Jika tidak ada air, manusia akan kehausan (My)

Air tidak ada (Mn)

Jadi, manusia akan kehausan (K)


E. Silogisme Alternatif

Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif, yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh :

Nenek Lia berada di Bandung atau Bogor

Nenek Lia berada di Bandung

Jadi, nenek Lia tidak berada di Bogor


F. Entimen

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan, yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Contoh :

Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu

Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu anda berhak menerima hadiahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar